BAB I
BAHASA INDONESIA JURNALISTIK
1.1 Apa itu Bahasa Jurnalistik
Menurut Wojowasito ( via Anwar, 1984;1 ), bahasa jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar,pilihan kata yang cocok. Anton M.Moeliono ( 1994 ), yang konsultan pusat bahasa , pun mengatakan bahwa laras bahasa jurnalistik tergolonh ragam bahasa baku .
Terbuktilah bahwa bahasa indonesia jurnalistik tidaklah berbeda dengan bahasa indonesia baku .yang membedakan antara keduanya hanyalah penggunaannya.karena digunakan sebagai media penyampai informasi , bahasa yang digunakan di medi massa memiliki kekhasan tersendiri di banding dengan bahasa yang digunakan untuk keperluan lain . Rosihan Anwar ( 1984 : 1 ) mengatakan , “Bahasa Jurnalistik mempunyai sifat khas , yaitu singkat , padat , sederhana , jelas , lugas , dan menarik . “ Moelyono ( 1994 ) menambahi bahwa Bahasa Jurnalistik memiliki kekhasan diksi yang dicirikan oleh upaya ekonomi kata , kekhasan penglimatan yang ditandai oleh pemendekan kalimat .
Atau menurut Jus Badudu ( 1992:62 ) , bahasa jurnalistik itu harus sederhana , mudah dipahami , teratur dan efektif . Bahasa yang sederhana dan mudah dipahami berarti menggunakan kata dan struktur kalimat yang mudah dimengerti pemakai bahasa umum . Bahasanya teratur berarti setiap kata dalam kalimat sudah ditempatkan sesuai dengan kaidah . Efektif , bahasa pers haruslah tidak bertele – tele , tetapi tidak juga terlalu berhemat sehingga maknanya menjadi kabur .
Jadi bahasa Jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh pewarta atau media massa untuk menyampaikan informasi . Bahasa dengan ciri – ciri yang khas memudahkan peeeenyampaian berita dan komunikatif .
1.2 Bahasa Jurnalistik di Antara Ragam dan Laras Bahasa Lain
Bahasa juralistik adalah sebuah laras bahasa.bahasa yang dignakan oleh kelompok profesi atau kegiatan dalam bidang tertentu. Oleh karena itu ada laras bahasa sastra , ekonomi , keagamaan. Masing – masing laras bahasa itu memiliki kosakata , struktur , dan lafal yang berbeda .
Sebagai media penyampai informasi laras bahasa jurnalistik tentu selalu bersinggungan dengan laras bahasa lain . bahasa jurnalistik tentu diharapkan mampu menjembatani antar laras bahasa itu . dengan kata lain pewarta dapat bereksplorasi dengan laras bahasa lain sehingga bahasa yang digunakan lebih variatif dan enak dibaca .
Bahasa jurnalistik pun harus akrab dengan ragam kedaerahan atau dialek. Karena bahasa yang dipakai untuk menyampaikan informasi tentang suatu peristiwa di daerah tertentu dapat lebih berwarna. Agar informasi yang disampaikan dapat lebih dipahami dan pembaca memahami bahwa peristiwa tersebut terjadi di suatu tempat .
Bahasa jurnalistik wajib memelihara bahasa indonesia . karena menurut Anton M. Moeliono ( 1994 ) antara laras bahasa jurnalistik danragam bahasa baku saling membutuhkan . ragam bahasa baku ingin menjadikan bahasa indonesia sebagai bahasa modern yang setara dengan bahasa lain di dunia adapun laras bahasa jurnalistik memerlukan pengungkapan diri secara modern .
Bahasa yang di gunakan media massa bersandar kepada bahasa baku tetapi pemakaian bahasa baku di media massa memang berbeda . struktur kalimatnya lebih longgar tidak normatif. Pilihan katanya pun lebih bebas tanpa beban perihal kebakuannya . yang menyebabkannya adalah karena bahasa jurnalistik harus bertutur dengan santai meskipun harus tetap memperhatikan norma – norma kebahasaan .
Bahasa jurnalistik berada diantara ragam baku resmi dan santai , antara bahasa lisan dan tulisan . dalam bahasa lisan struktur kalimat dan pilihan katanya jelas sangat tidak cermat . ketika disalin menjadi bahasa tulis di media massa tentu saja struktur kalimat dan pilihan katanya harus diperbaiki . karena bahasa tulis memiliki aturan – aturan yang tak dapat dilanggar , tetapi yang paling penting kesantaian dan kelancaran tutur bahasa lisan tetap tak ditanggalkan .
1.3 Jurnalistik Bahasa danSastra
Menurut Gorys Keraf pakar bahasa kepada harian Berita Buana ( 17 April 1991 ), dalam bahasa jurnalistik ada kemerdekaan pengungkapan seperti halnya bahasa sastra .Pembaca kini juga disuguhi bahasa yang enak dan penyampaian berita tepat sasaran , melainkan juga agar menimbulkan efek bunyi yanng enak ( eufoni )
Hasan junus ( kompas , 8 Oktober 1999 ) mengatakan , suatu tulisan akan di pandang benar – benar sebagai karya sastra ketika di pandang dari sudut sastra . tetapi ketika di pandang dari sudut jurnalistik , tulisan itu benar – benar menjadi karya jurnalistik .
1.4 Bahasa Jurnalistik dan Masyrakat
Bahasa jurnalistik adalah cerminan bahasa masyarakat karena kendati menggunakaan bahasa yang cenderung resmi seperti kompas tetap saja itu merupakan bahasa sehari – hari yang tidak sama persis dengan bahasa resmi . bahasa yang digunakan media massa adalah bahasa yang hidup atau dipakai di masyarakat .
Menurut pakar komunikasi A. Muis ( Kompas 6 Oktober 1999 ) merupakan euforia politik karena yang selama ini cenderung sekarang bobol . semua yang dulu d halus – haluskan ( eufemisme ) sekarang di buka blak – blakan.akibatnya kata – kata seperti sikat, bakar , bunuh , darah , bantai , rusuh , rusak , provokator , perkosa, penjara, pecat, jarah merupakan makanan sehari – hari pembaca media massa kita .
Perubahan ini ,bagi Benny Hoedoro Hoed ( Kompas 29 Juli 1999 ) adalah suatu yang wajar sebab dinamika kehidupan Bahasa Indonesia memang tidak dapat di lepaskan dari dinamika sosial politik . Bahasa indonesia tidak dapat lepas dari perubahan Masyarakatnya.
Jadi antara media massa dan masyarakat terjadi saling mempengaruhi . taruhlah masyarakat mungkin terdistorsi oleh kesalahan penggunaan bahasa media massa , tetapi media massa membantu perkembangan bahasa masyarakat .
1.4.1 Beberapa Kesalahan yang Diikuti Masyarakat
Kesalahan yang paling mencolok dari media massa dan yang kemidian diikuti masyarakat adalah pemakaian kata . yang kurang di perhatikan masyakat yaitu i bahasa dari bentuk kembar :resiko –risiko ,sekedar-sekadar , ciderai-cedera ,flim –filem,teve –tivi –TV.sebab media massa mengejanya pun begitu.ada yang memakai resiko ,ada yang risiko .selain itu madia massa kita dengan tanpa dosa menulis kata kita sementara yang harusnya adalah kami.belum lagi seenaknya memenggal kata berpasangan yang idiomatis . alhasil , masyarakat kita pun dengan fasih menulis lebih baik dibandingkan kakaknya , sesuai pemberitahaun ter dahulu , terdiri lima perkara . yang semestinya kata yang bergaris bawah itu di tulis dibandingkan dengan , sesuai dengan , terdiri dari / atas .
Kesalahan pada struktur kalimat.Masyarakat mencontoh penggunaan kalimat dari media massa yang agak kurang bertanggung jawab.dengan begitu banyak sekali orang yang membuat kalimat tanpa subjek, memulai kalimat dengan kata depan, terbawanya struktur bahasa lisan dalam bahasa tulis.Suroso ( 2001 )dengan agak sengit menyebutkan penyimpangan media massa yang lain adalah penghilangan imbuhan dalam judul berita.yang dihilangkan imbuhannya adalah kata kerja aktif.misalnya , Amerika Bom Irak yang mestinya Amerika mengebom Irak, Tentara Israel Tembak anak Palestian yang semestinya Tentara Israel Menembak Anak Palestina . Namun sesungguhnya penghilangan imbuhan dalam judul merupakan satu- satu penyimpangan yang boleh di lakukan . Ini merupakan sebuah kesepakatan tidak tertulis antara insan pers.Rosihan Anwar ( 1984 : 87 ) Mengatakan , “ Saya pribadi tidak keberatan ...Akan tetapi , pemakaiannya jangan sampai dipukul rata hingga merembet ke tubuh berita . “ Sesungguhnya tradisi penghilangan imbuhan dimulai oleh Pers – Melayu Tionghos . Persoalan yang satu ini menyangkut teknologi .
Sebuah berita yang dikemas dengan bahasa yang baiklah yang mudah dimengerti pembaca.Anhar Gonggong ( Kompas, 6 Oktober 1999 ), pakar sejarah yang juga pengamat komunikasi , mengatakan ,“ Media pada dasarnya juga alat mendidik “. Dengan bahasa yang baik dan tepat , apa yang dimaksud akan dengan mudah dapat dengan cepat dipahami.
Yang kerap terjadi di media massa kita adalah penyalinan , tanpa mengubah sedikitpun , bahasa lisan menjadi bahasa tulis.ini merupakan kecerobohan besar kecuali untuk kutipan langsung.
1.4.2 Sumbangan Terhadap Perkembangan Bahasa Indonesia
Media Massa bukan sekedar dunia informasi , melainkan juga dunia bahasa . Karena itu ketika seseorang berniat menerjuni profesi jurnalistik maka sesungguhnya ia berniat menjadi seorang pejuang bahasa .
Karena setiap hari seorang Wartawan bergelut dengan kata dan kalimat. Karena itu kerap muncul “ kata – kata baru “ dari dunia jurnalistik . Ingat kata Anda , heboh , gengsi , santai.Itu adalah kreasi kaum jurnalis .kata heboh pertama kali di perkenalkan dalam kosakata Bahasa Indonesia dalam harian Abadi tahun 1953 oleh mohamad sjaaf . kata Anda diperkenalkan oleh Sabirin, seorang perwira TNI AU dan pertama kali dimuat di harian Pedoman tanggal 28 februari 1957.kata gengsi merupakan padanan dari kata prestige . kata ini diperkenalkan Rosihan Anwar pada tahun 1949.
Soedarjo Tjokrosisworo pun rajin beranalogi dengan kata – kata yang ada sehingga kita sekarang dapat memakai kata saudara – saudari , pemuda – pemudi , tanpa beban . Soemanang dan Soedarjo Tjokrosisworo dua wartawan muda inilah yang menggagas kongres bahasa pertama ( 1938 ) di solo, Jawa tengah .
BAB II
EJAAN DAN TATA TULIS MEDIA MASSA
2.1 Apa Itu Ejaan ?
Ejaan , menurut Harimurti Kridalaksana ( 1993 : 48 ) , adalah penggambaran bunyi bahasa dengan kaidah tulis menulis yang di standardisasi . menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1995 : 250 ), ejaan adalah kaidah – kaidah cara bunyi – bunyi ( kata , kalimat , dan sebagainya ) dalam bentuk tulisan ( huruf – huruf ) serta penggunaan tanda baca .
Ejaan dapat dikatakan sebagai alat bantu dalam komunikasi tertulis . jika dalam berkomunikasi lisa kita banyak dibantu oleh intonasi dan mimik , dalam komunikasi tertulis semua itu digantikan oleh tanda baca , dan bunyi – bunyi bahasa di gantikan oleh huruf .
Pda hakikatnya ejaan adalah sebuah kesepakatan untuk menggunakan lambang bunyi tertentu dan tanda – tanda tertentu agar dapat saling memahami . ejaan mengupayakan agar komunikasi tertulis sama baiknya dengan komunikasi lisan melalui tanda – tanda dan simbol – simbol yang sudah disepakati .
2.2 Sejarah
Ejaan yang pertama kali berlaku di Indonesia pada tahun 1901 adalah ejaan Van Ophuysen . ejaan bahasa melayu ini berdasarkan rancangan CH . A Van Ophuysen dengan bantuan Mohamad Taib Soetan Ibrahim . Upaya penempurnaan terhadap ejaan ini terus dilakukan , diantaranya pada tahun 1938 , ketika Kongres Bahasa Indonesia pertama di Solo , disarankan agar ejaan indonesia lebih diinternasionalkan .
Huruf – huruf peninggalan ejaan Van Opyusen yang dapat kita kenali diantaranya ch , dj , nj , sj , tj , oe , dan dikenalnya bunyi hamsah ( ‘ ) . Beberapa peraturannya seperti penghilangan huruf antara w antara lain dalam kata koe , doeit , goeraoean , penggunaa kata 2 untuk kata ulang yang hanya diulang sebagian . jadi laki – laki , koeda – koeda boleh ditulis laki2,koeda2 tetapi berlari – lari , memata – matai , tidak boleh ditulis berlari2, memata2i.
Kemudian yang berlaku adalah ejaan Republik . Ejaan ini ditetapkan berdasarkan surat keputusan No. 264/Bhg.A tanggal 19 Maret 1947 ketika Soewandi menjadi Menteri Pengajaran , pendidikan dan Kebudayaan . Ejaan yang kerap di sebut ejaan Soewandi ini adalah upaya penyederhanaan dan penyelarasan atas ejaan yang sudah ada .
Beberapa perubahan yang dilakukannya , yaitu huruf e pepat ( e’ ) cukup ditulis e,’ bunyi hamzah ( ‘ ) dihilangkan dan diganti dengan huruf K untuk sebagian kata. Jadi tidak ada lagi kata ra’yat atau ta’pa , tetapi rakyat atau tapa ; ulangan boleh ditulis dengan angka 2 tetapi harus dilihat sebagian yang diulangnya , misalnya : mudah2an , me- mata2ai.
Ejaan Melindo ( Melayu – Indonesia ) merupakan ejaan berikutnya . Ejaan ini diputuskan oleh sidang putusan indonesia dan Malaysia yang diketuai Slametmuljana ( Indonesia ) dan Sjet Nasir Bin Ismail ( Malaysia ) pada 1959.
Oleh Pemerintah Indonesia , Rancangan Ejaan Melindo kemudia diresmikan dengan nama Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD ) , setelah sebelumnya diseminarkan di Puncak Jawa Barat , dan berdasarkan keputusan Mwnteri Pendidikan dan kebudayaan tanggal 20 Mei 1972 No . 03/A/72 dan Keputusan Presiden No . 57 tahun 1972. Ejaan ini lebih disempurnakan lagi pada 198 berdasarkan keputusan menteri Pendidikan danKebudayaan No . 0543a/u/1987 tanggal 9 September .
2.3 Ejaan Sehari – hari
Berbicara soal ejaan berarti berbicara soal bahasa tulis . Media massa cetaklah yang memegang porsi terbesar . betapa tidak , untuk menyampaikan informasi mereka selalu bergelut dengan bahasa tulis berikut aturan – aturannya .
Namun lantaran kerap harus menuliskan bahasa lisan , media massa pernah dituduh sebagai perusak bahasa terbesar , kendati bukan begitu keadaan yang sebenarnya . ini terjadi lantaran terlalu normatifnya ahli bahasa atau masyarakat dalam menilai bahasa media massa . menurut Anton moeliono dalam harian Berita Buana ( 17 April 1991 ) , santai tidak berarti menyimpang dari aturan .
2.4 Ejaan Media Massa
Penggunaan bahasa sehari – hari dalam media massa memang mempunyai seni tersendiri. Media massa berupaya menerjemahkan keseharian itu lewat pilihan kata dan tanda baca . Akibatnya ejaan yang agaknya disiapkan untuk situasi formal menjadi kelabakan . orangpun lantas melihat ada sedikit perbedaan antara ejaan yang digunakan media massa dengan yang tertulis di buku .
Beberapa perubahan penambahanatau pengurangan , pada EYD terjadi karena media massa terkadang memanfaatkan suatu bagian ejaan sebagai style atau gaya . Misalnya saja pemanfaatan huruf tebal untuk penulisan caption atau pertanyaan , huruf tebal untuk nama penulis.
Berikut ini pemakaian ejaan sesuai dengan EYD dan tambahan yang dilakukan media massa , yang ditandai dengan raster .
2.4.1 Abjad
Abjad ada yang digunakan untuk menulis dalam media massa mengikuti abjad internasional sebagaimana yang tercantum dalam EYD ,
Selain itu dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan , yaitu kh , ng , ny , dan sy . masing – masing melambangkan satu bunyi konsonan . kemudian juga ada vokal rangkap yang diftong , yaitu ai , au , oi . diftong ini melambangkan satu bunyi vikal . ada perkecualian untuk penulis nama , baik nama perusahaan , instansi , orang , maupun lembaga . penulisan yang menyangkut nama diri ini ditulis mengikuti ejaan aslinya ., meskipun dianggap salah menurut EYD. Jadi kendati huruf j dilafalkan ( Y ) , huruf dj dilafalkan ( j ) dan sebagainya , harus diikuti apa adanya .
Misalnya :
Universitas Padjadjaran bukan Universitas pajajaran
Pradjogo pangestu bukan Prayogo Pangestu
Soeharto bukan Suharto
2.4.2 Pemenggalan Kata
Aturan pemenggalan dalam bahasa Indonesia terdiri dari beberapa butir , yaitu :
1 . Apabila ada dua vokal berurutan atau dua konsonan berurutan , pemenggalan dilakukan diantaranya . misalnya : ca-plok , ma-in.
2 . jika ditengah kata ada huruf konsonan diantara dua vokal , pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan , misalnya sa – tu , tu – gas .
3. jika ditengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih , pemenggalan dilakukan diantara konsonan pertama dan konsonan kedua . misalnya : in – fra , sas – tra .
4. kata berimbuhan dipenggal dengan mempertahankan keutuhan kata dasarnya . misalnya : meng – ajar , bel – ajar .
5. tidak memenggal dengan meninggalkan satu huruf . misalnya : tentusaja makanan itu akan lebih enak jika digula – i . sayangnya , makanan lezat ini tak disuaki semu – a orang .
2.4.3 Huruf kapital atau Huruf Besar
Huruf besar atau kapital menurut EYD , digunakan untuk :
1 .Huruf pertama kata pada awal kalimat dan petikan langsung .
2 . Huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan , jabatan , pangkat , dan keagamaan Yang diikuti nama orang atau instansi, lembaga, organisasi atau nama tempat.
3. Huruf pertama unsur nama bangsa, suku bangsa, bahasa dan geografi.
4. Huruf pertama nama tahun, buku , hari , hari raya , dan peristiwa sejarah .
5.huruf pertama semua unsur nama negara , lembaga pemerintah dan ketatanegaraan , nama dokumentasi resmi , nama buku , majalah , surat kabar , dan judul karangan kecuali kata seperti di , ke dari , dan untuk yang tidak terletak di posisi awal .
6. huruf pertama setiap bentuk ulang sempurna – pengulangan sama persis antara kata yang diulang – dalam judul , nama buku atau dokumen . misalnya :
Gara – gara Pak Jaksa Takut
Hati – hati penalti , Bung !
Mestinya
Gara – Gara Pak Jaksa Takut
Hati – Hati Penalti , Bung
Kecuali :
Kilau – kemilau Intan di Kalimantan
Berlarut – larut di Pantai Utara
7. huruf pertama unsur singkatan nama gelar , pangkat dan sapaan . namun huruf kapital tidak berlaku untuk kata tugas yang terdapat dalam unsur nama diri. Misalnya Vasco da Gama bukan Vasco Da Gama
8 . huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak , ibu , saudara , kakak , adik , dan paman yang dipakai dalam hubungan penyapaan .
9 . huruf pertama kata ganti Anda
Dalam media massa pemakaian huruf kapital mendapat tambahan yaitu untuk penulisan dengan memakai huruf kapital secara menyeluruh dalam
1. Penulisan caption atau teks foto
2. Kata pertama paragraf pembuka atau teras berita
3. Seluruh huruf baris pertama dari paragraf pembuka atau teras berita .
2.4.4 Huruf Miring
Dalam EYD hanya disebut tiga yaitu :
1. Untuk menuliskan nama buku , majalah , dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan
2. Untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf , bagian kata , kata , atau kelompok kata
3. Untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing
Oleh media massa kemudian diperkaya lagi dengan :
1. untuk menuliskan semua nama media massa cetak maupun elektronik
2. untuk nama kapal dan pesawat
3. untuk tema dan judul seminar atau pameran
4. untuk menuliskan nama kantor berita
5. untuk menuliskan pertanyaan dalam tulisan yang berbentuk tanya jawab
6. untuk menuliskan nama rubrik dan nama program acara di teve
2.4.5 Huruf Tebal
Huruf tebal adalah perangkat yang tidak diatur dalam EYD , namun pemakaiannya dalam media massa cukup banyak diantaranya :
1. untuk penulisan judul
2. untuk pertanyaan dalam suatu tulisan yang berbentuk yanya jawab
3. untuk penulisan nama tokoh publik dalam rubrik seperti tokoh dan Peristiwa di hariah Kompas , tokoh di tabloid Kontan , Apa dan Siapa di majalah Gatra , Manusia – manusia diharian Republika
4. nama penulis atau pelapor dalam tubuh tulisan
5. untuk penulisan caption atau teks foto
6. untuk lead alias teras berita dan penulisan subjudul .
2.4.6.1 Tanda Baca
2.4.6.1 Tanda Titik ( . )
1.Digunakan pada
a. akhir kalimat
b. memisahkan angka jam , menit dan detik , yang menunjukan waktu
c. memisahkan bilangan ribuan dan kelipatannya
d. akhir singkatan gelar , jabatan pangkat , dan sapaan
2. Tidak diguanakan untuk
a. memisakhan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah
b. akhir judul karangan kepala ilustrasi , tabel dan sebagainya
c. dibelakang ( 1 ) nama pengarang dan tanggal surat atau ( 2 ) nama dan alamat penerima surat
2.4.6.2 Tanda Koma ( , )
Digunakan untuk :
1. memisahkan induk kalimat dari anak kalomat
2. dalam kalimat majemuk setara yang menggunakan konjungsi tetapi , melainkan .
3. dibelakang kata atau ungkapan penghubungan antar kalimat yang terdapat pada posisi awal
4. di belakang kata – kata seruan
5. memisahkan petikan langsung dari bagian lain
6. menceraika bagian nama yang di balik susunannya
7. di antara tempat penerbitan , nama penerbit dan tahun terbitan
8. dimuka angka persepuluhan
9. untuk mengapit keterangan tambahan , aposisi , sisipan , dan sebagainya
10. untuk menghindari salah baca
2.4.6.3 Tanda Titik Koma ( ; )
Tanda baca ini digunakan untuk :
1. memisahkan bagian – bagian kalimat sejenis dan setara
2. sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara dalam kalimat majemuk
2.4.6.4 Tanda Titik Dua ( : )
Digunakan :
1. pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian
2. sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian
3. dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam [percakapan
4. ( i ) diantara jilid atau nomor dalam halaman , ( ii ) , diantara bab dan ayat dala kitab suci , ( iii )diantara judul dan anak judul suatu karangan ,( iv ) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan
2.4.6.5 Tanda hubung ( - )
Digunakan untuk :
1. Menyambung suku – suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian garis
2. Menyambung awalan dengan bagian kata dibelakangnya atau akhiran dengan bagian kata didepannya pada pergantian baris
3. Menyambung unsur – unsur kata ulang
4. Menyambung hurf kata yang dieja satu – satu dan bagian tanggal
5. Menjelaska ( i ) hubungan bagian kata atau ungkapan dan ( ii ) penghilangan bagian kelompok kata
2.4.6.6 Tanda Pisah ( _ )
1. Membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan diluar bangun kalimat
2. Menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi jelas
3. Dipakai diantara dua bilangan atau tanggal dengan arti sampai ke atau sampai dengan
2.4.6.7 tanda elipsis ( ... )
digunakan untuk :
1. dalam kalimat yang terputus – putus
2. untuk menunjukkan bahwa bdalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan
2.4.6.8 Tanda Tanya ( ? )
digunakan untuk :
1. Pada akhir kalimat tanya
2. Untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsika atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya dan ditulis dalam kurung ( ? )
2.4.6.9 Tanda Seru ( ! )
Dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan , ketidakpercayaan ataupun rasa emosi yang kuat .
2.4.6.10 Tanda Kurung ( ( ... ) )
Digunakan untuk :
1. Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan
2. Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan
3. Mengapit keterangan huruf atau kata yang kehadirannya didalam teks dapat dihilangkan
4. Mengapit angka atau huruf yang memperinci satu urutan keterangan
2.4.6.10 Tanda Kurung Siku ( [...] )
Digunakan untuk
1. Mengapit huruf , kata atau kelompok kata sebagai kereksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain .tanda ini menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat dalam naskah asli
2. Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung
2.4.6.12 Tanda Petik ( “...” )
Digunakan untuk ;
1. Mengapit petikan yang tersusun dalam petikan lain
2. Mengapit makna , terjemahan , atau penjelasan kata atau ungkapan asing
2.4.6.13 Tanda Garis Miring ( / )
Digunakan untuk
1. Dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan massa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim
2. Sebagai pengganti kata atau , tiap , per
2.4.6.14 Tanda Penyingkat atau apostrof ( ‘ )
Digunakan untuk menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun
2.5 Beberapa Tambahan Tata Tulis Media Massa
Inilah beberapa tambahan , setelah pemakaian huruf miring , huruf tebal , tanda petik , dan sebagainya
2.5.1 Penulisan Baris Nama atau By Line
Nama penulis yang dicantumkan diawal tulisan ditulis tanpa titik dua ( : ) karena bukan merupakan rincian
2.5.2 Penulisan Angka
1. umumnya angka satu sampai sembilan ditulis dengan huruf kecuali diikuti satuan bilangan , satuan ukur atau mata uang
2. dalamperincian , angka satu sampai sembilan ditulis dengan angka
2.5.3 Penulisan Gelar Akademis
Gelar akademis yang lazim ditulis mengikuti nama orang cenderung tidak dicantumkan tetapi ditulis secara lengkap
2.5.4 Penulisan Judul
Judul berfungsi sebagai kepala tulisan.oleh karena itu judul harus padat ringkas dan komunikatif . judul merupakan rangkuman rangkuman dari teras atau lead tulisan
Beberapa teknik penulisan judul yang disarankan
1. Pilihlah kata – kata yang berkembang di masyarakat
2. Kata – kata berbentuk pasif tidak boleh dihilangkan awalannya, karena akan bermakna sebaliknya
3. Jangan berupa kalimat karena judul bukanlah kalimat , melainkan klausa
2.5.4.1 Judul majalah atau tabloid
Umumnya terdiri dari tiga hingga lima kata . penulisannya dengan menggunakan pola ( 1 ) huruf besar dan kecil atau capital undercash dan ( 2 ) huruf besar seluruhnya
2.5.4.2 Judul Surat Kabar
Pola penulisan judul surat kabar : ( 1 ) huruf besar dan kecil atau capital undercash, ( 2 ) menyerupai kalimat
2.5.4.3 Jenis Judul
Inilah jenis – jenis judul yang di buat oleh wartawan kita :
2.5.4.3.1 Judul Puitis
Judul jenis ini sangat menekankan keindahan permainan kata
Misalnya : tertangkap basah sedang mendesah
2.5.4.3.2 judul bombastis
Judul ini bisanya berbau provokasi dan ajakan . misalnya :
Pecat saja menteri yang tidak becus
2.5.4.3.3 judul nyeleneh / nyentrik
Merupakan judul yang mengomentari suatu peristiwa , misalnya :
SBY mendingan bobok saja
2.5.4.3.4 Judul Analogi
Bisanya beranalogi pada ungkapan yang sudah sangat dikenal
Misalnya : habis gelap terbitlah SBY
2.5.4.3.5 judul Kutipan
Merupakan kutipan dari perkataan narasumber
2.5.4.3.6 Judul Prediksi
Merupakan prediksi terhadap peristiwa yang akan dihadapi
2.5.4.3.7 Judul Formal
Memberi penjelasan tentang apa yangterjadi
2.5.5 Penulisan Nama
2.5.5.1 Nama Generik
Nama jenis ini adalah nama asal yang melekat pada suatu benda seperti radio , sepeda , internet , jam. Kendati dalam nama jgenerik terkadang menyangkut nama kota atau daerah tertentu penulisannya harus tetap dalam huruf kecil . pasalnya , nama tersebut hanyalah nama sejenis makanan atau benda. Jadi pisang ambon tidak perlu ditulis pisang Ambon.
2.5.5.2 Nama lembaga
Penulisannya hendaknya mengikuti ejaan nama lembaga tersebut. Kendati nama lembaga tersebut menggunakan ejaan lama, biarkan seperti itu sebab ejaan lama menunjkkan kekhasan bahkan menunjukkan bahwa lembaga tersebut sudah cukup lama berdiri dan memiliki reputasi yang baik dalam bidangnya .
2.5.5.3 Nama Orang
Ada beberapa panduan untuk menuliskan nama orang :
1. Tuliskan nama sesuai dengan ejaan yang di berikan oleh yang bersangkutan
2. Penyebutan panggilan dalam tubuh tulisan sebagai berikut :
a. Untuk nama orang indonesia cukup disebut nama depannya hal ini sesuai dengan sistem nama indonesia .
b. Untuk nama orang asing cukup disebut nama belakangnya
3. Unsur kata depan dalam nama harus ditulis dengan huruf kecil
2.5.5.4 Nama Geografi
Penulisan nama geografi dalam pers memang ada beberapa persoalan. Diantaranya bagaimana menuliskan nama tempat atau kota yang benar. Misalnya Tanah Abang atau Tanahabang
2.5.5.4.1 Nama Geografi Indonesia
2.5.5.4.2 Nama Negara
3. Menyambung awalan dengan bagian kata dibelakangnya atau akhiran dengan bagian kata didepannya pada pergantian baris
4. Menyambung unsur kata – kata ulang
5. Menyambung huruf kata yang dieja satu – satu dan bagian tanggal
6. Menjelaskan ( i ) hubungan bagian kata atau ungkapan , dan ( ii ) penghilangan bagian kelompok kata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar